Sunday, December 7, 2014

Pembahasan tentang Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )

Pembahasan tentang sebagian besar penelitian tindakan kelas atau biasa kita sebut ptk adalah judul dari postingan kali ini, sebelum sharematika berbagi tentang apa yang dimaksud dengan ptk, apa ciri-ciri dari ptk, apa syarat-syarat agar ptk berhasil, apa yang dapat dicapai dari penelitian tindakan kelas, dan kriteria dalam penelitian tindakan kelas dan sebagianya, alangkah baiknya sharematika mengucapkan salam sapa untuk sahabat sharematika semua, berjumpa lagi dengan sharematika blog yang membahas semua tentang matematika, berhubung saya sedang skripsi jadi saya akhir-akhir ini sering memposting ptk, jurnal pendidikan, contoh skripsi, metodologi penelitian dll. dan pada kesempatan kali ini sharematika akan berbagi tentang penelitian tindakan kelas.
silahkan yang mau download ful tentang penelitian tindakan kelas atau ptk, klik disini.
dan dibawah ini adalah previewnya.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh : Prof. Dr. Suwarsih Madya
Bagian I
Pendahuluan
Anda adalah guru yang sudah banyak jam terbangnya, bukan? Pasti Anda punya banyak
pengalaman, baik manis maupun pahit, dalam mengajar. Pengalaman manis dapat Anda
rasakan ketika siswa-siswa Anda berhasil meraih prestasi, yang sebagian merupakan
kontribusi Anda. Dan, Anda pasti menginginkan siswa-siswa Anda selalu berhasil meraih
prestasi terbaik. Namun, mungkin keinginan Anda yang mulia tersebut lebih sering tidak
tercapai karena berbagai alasan. Misalnya, mungkin Anda sering menemukan siswasiswa
tidak bersemangat, kurang termotivasi, kurang percaya diri, kurang disiplin, kurang
bertanggung jawab dsb. Pasti Anda sudah melakukan upaya untuk mengatasinya, tetapi
mungkin hasilnya masih jauh dari yang Anda inginkan.
Dan Anda masih ingin mengatasi masalah-masalah yang Anda temukan di kelas,
bukan? Mengapa tidak mencoba mengatasinya lewat suatu kegiatan penelitian tindakan?
Mendengar kata ’penelitian’ mungkin Anda ingat pengalaman pahit ketika dulu meneliti
untuk skripsi Anda karena harus mengembangkan instrumen yang berkali-kali direvisi
atas saran dosen pembimbing, harus minta ijin ke sana ke sini, harus terjun ke lapangan
menemui responden, yang tidak selalu menyambut dengan ramah kedatangan Anda,
harus kecewa karena angket tidak semua dikembalikan, harus menganalisis data dan
seirng tersandung masalah statistik, dan setelah analisis selesai, harus kecewa karena
hasilnya tidak selalu siap dipraktikkan di dunia nyata. dsb. Singkatnya, kegiatan
penelitian tidak mudah karena pertanggungjawaban teoretisnya cukup berat.
Anda tidak perlu mengalami itu semua ketika Anda melakukan penelitian
tindakan. Mengapa? Karena jenis penelitian ini memang berbeda dengan jenis penelitian
lain. Kalau jenis penelitian lain layaknya dilakukan oleh para ilmuwan di kampus atau
lembaga penelitian, penelitian tindakan layaknya dilakukan oleh para praktisi, termasuk
Anda sebagai guru. Kalau jenis penelitian lainnya untuk mengembangkan teori,
penelitian tindakan ditujukan untuk meningkatkan praktik lapangan. Jadi penelitian
tindakan adalah jenis penelitian yang cocok untuk para praktisi, termasuk guru.
Mari kita bicarakan hal ikhwal tentang penelitian tindakan. Kalau Anda pernah
mempelajarinya, pembicaraan ini berfungsi untuk menyegarkan kembali atau
memperkaya apa yang telah Anda ketahui. Kalau Anda belum tahu banyak, lewat
pembicaraan ini Anda akan mengenalnya, memahaminya, dan akhirnya berminat untuk
melaksanakannya, untuk mencapai cita-cita Anda yang mulia, yaitu meningkatkan
keberhasilan mendidik, mengajar dan melatih murid-murid Anda, yang akan memberikan
sumbangan yang signifikan pada peningkatkan kualitas pendidikan nasional. Seperti
tercantum dalama UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas, Pasal 3, pendidikan nasional
befungsi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, yang merupakan salah satu tujuan
kemerdekaan bangsa kita, seperti dinyatakan pada alinea keempat Pembukaan UUD
1945. Oleh sebab itu, upaya Anda untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas
merupakan amalan mulia karena memberikan kontribusi dalam mengisi kemerdekaan
yang telah direbut lewat pengorbanan yang tidak sedikit.
Mari kita menyamakan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan penelitian
tindakan kelas (PTK).
Apa yang Dimaksud dengan PTK dan Apa Ciri-cirinya?
Karena penelitian tindakan cocok untuk para praktisi yang bergelut dengan
dunia nyata, maka ia cocok untuk Anda sebagai guru. Anda mungkin heran kenapa
istilah ’penelitian’ yang biasanya berkenaan dengan teori sekarang dijodohkan
dengan istilah ’tindakan’. Keheranan Anda tidak berlebihan karena memang jenis
penelitian ini tergolong muda dibandingkan dengan penelitian tradisional yang telah
ratusan tahun dikembangkan. Uraian beberapa butir di bawah ini akan dapat
membantu Anda dalam memahami apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan
(Silakan baca Burns, 1999: 30; Kemmis & McTaggrt, 1982: 5; Reason & Bradbury,
2001: 1).
Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan
untuk meningkatkan situasi praktis. Tentu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru
ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya
dan ia disebut ’penelitian tindakan kelas’ atau PTK.
Apakah kegiatan penelitian tindakan tidak akan mengganggu proses
pembelajaran? Sama sekali tidak, karena justru ia dilakukan dalam proses pembelajaran
yang alami di kelas sesuai dengan jadwal. Kalau begitu, apakah penelitian tindakan kelas
(PTK) bersifat situasional, kontekstual, berskala kecil, terlokalisasi, dan secara langsung
gayut (relevan) dengan situasi nyata dalam dunia kerja? Benar. Apakah berarti bahwa
subyek dalam PTK termasuk murid-murid Anda? Benar. Lalu bagaimana cara untuk
menjaga kualitas PTK? Apakah boleh bekerjasama dengan guru lain? Benar. Anda bisa
melibatkan guru lain yang mengajar bidang pelajaran yang sama, yang akan berfungsi
sebagai kolaborator Anda.
Karena situasi kelas sangat dinamis dalam konteks kehidupan sekolah yang
dinamis pula, apakah peneliti perlu menyesuaikan diri dengan dinamika yang ada? Benar.
Anda memang dituntut untuk adaptif dan fleksibel agar kegiatan PTK Anda selaras
dengan situasi yang ada, tetapi tetap mampu menjaga agar proses mengarah pada
tercapainya perbaikan. Hal ini menuntut komitmen untuk berpartisipasi dan kerjasama
dari semua orang yang terlibat, yang mampu melakukan evaluasi diri secara kontinyu
sehingga perbaikan demi perbaikan, betapapun kecilnya, dapat diraih. Kalau begitu,
apakah diperlukan kerangka kerja agar masalah praktis dapat dipecahkan dalam situasi
nyata? Benar. Tindakan dilaksanakan secara terencana, hasilnya direkam dan dianalisis
dari waktu ke waktu untuk dijadikan landasan dalam melakukan modifikasi.
Apa syarat-syarat agar PTK Anda berhasil?
Untuk dapat meraih perubahan yang diinginkan melalui PTK, apakah ada syaratsyarat
lain? Betul, silakan baca McNiff, Lomax dan Whitehead (2003). Pertama, Anda
dan kolaborator serta murid-murid harus punya tekad dan komitmen untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran dan komitmen itu terwujud dalam keterlibatan mereka dalam
seluruh kegiatan PTK secara proporsional. Andil itu mungkin terwujud jika ada maksud
yang jelas dalam melakukan intervensi tersebut. Kedua, Anda dan kolaborator menjadi
pusat dari penelitian sehingga dituntut untuk bertanggung jawab atas peningkatan yang
akan dicapai. Ketiga, tindakan yang Anda lakukan hendaknya didasarkan pada
pengetahun, baik pengetahuan konseptual dari tinjauan pustaka teoretis, maupun
pengetahuan teknis prosedural, yang diperoleh lewat refleksi kritis dan dipadukan dengan
pengalaman orang lain dari tinjauan pustaka hasil penelitian tindakan), berdasarkan nilainilai
yang diyakini kebenarannya. Refleksi kritis dapat dilakukan dengan baik jika
didukung oleh keterbukaan dan kejujuran terhadap diri sendiri, khususnya kejujuran
mengakui kelemahan/kekurangan diri. Keempat, tindakan tersebut dilakukan atas dasar
komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat diubah ke arah perbaikan. Kelima,
penelitian tindakan melibatkan pengajuan pertanyaan agar dapat melakukan perubahan
melalui tindakan yang disadari dalam konteks yang ada dengan seluruh kerumitannya.
Keenam, Anda mesti mamantau secara sistematik agar Anda mengetahui dengan mudah
arah dan jenis perbaikan, yang semuanya berkenaan dengan pemahaman yang lebih baik
terkadap praktik dan pemahaman tentang bagaimana perbaikan ini telah terjadi. Kutujuh,
Anda perlu membuat deskripsi otentik objektif (bukan penjelasan) tentang tindakan yang
dilaksanakan dalam riwayat faktual, perekaman video and audio, riwayat subjektif yang
diambil dari buku harian dan refleksi dan observasi pribadi, dan riwayat fiksional.
Kedelapan, Anda perlu memberi penjelasan tentang tindakan berdasarkan deskripsi
autentik tersebut di atas, yang mencakup (1) identifikasi makna-makna yang mungkin
diperoleh (dibantu) wawasan teoretik yang relevan, pengaitan dengan penelitian lain
(misalnya lewat tinjauan pustaka di mana kesetujuan dan ketidaksetujuan dengan pakar
lain perlu dijelaskan), dan konstruksi model (dalam konteks praktik terkait) bersama
penjelasannya; (2) mempermasalahkan deskripsi terkait, yaitu secara kritis
mempertanyakan motif tindakan dan evaluasi terhadap hasilnya; dan (3) teorisasi, yang
dilahirkan dengan memberikan penjelasan tentang apa yang dilakukan dengan cara
tertentu. Kesembilan,Anda perlu menyajikan laporan hasil PTK dalam berbagai bentuk
termasuk: (1) tulisan tentang hasil refleksi-diri, dalam bentuk catatan harian dan dialog,
yaitu percakapan dengan dirinya sendiri; (2) percakapan tertulis, yang dialogis, dengan
gambaran jelas tentang proses percakapan tersebut; (3) narasi dan cerita; dan (4) bentuk
visual seperti diagram, gambar, dan grafik. Kesepuluh, Anda perlu memvalidasi
pernyataan Anda tentang keberhasilan tindakan Anda lewat pemeriksaan kritis dengan
mencocokkan pernyataan dengan bukti (data mentah), baik dilakukan sendiri maupun
bersama teman (validasi-diri), meminta teman sejawat untuk memeriksanya dengan
masukan dipakai untuk memperbaikinya (validasi sejawat), dan terakhir menyajikan hasil
seminar dalam suatu seminar (validasi public). Perlu dipastikan bahwa temuan validasi
selaras satu sama lain karena semuanya berdasarkan pemeriksaan terhadap penyataan dan
data mentah. Jika ada perbedaan, pasti ada sesuatu yang masih harus dicermati kembali.
Apa yang dapat Dicapai lewat Penelitian Tindakan Kelas?
Pertanyaan ini dapat diubah menjadi, ”Kapan Anda secara tepat dapat melakukan
PTK?” Jawabnya: Ketika Anda ingin meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi
tanggung jawab Anda dan sekaligus ingin melibatkan murid-murid Anda dalam proses
pembelajaran (lihat Cohen dan Manion, 1980). Dengan kata lain, Anda ingin
meningkatkan praktik pembelajaran, pemahaman Anda terhadap praktik tersebut, dan
situasi pembelajaran kelas Anda (Grundy & Kemmis, 1982: 84). Dapat dikatakan bahwa
tujuan utama PTK adalah untuk mengubah perilaku pengajaran Anda, perilaku muridmurid
Anda di kelas, dan/atau mengubah kerangka kerja melaksanakan pembelajaran
kelas Anda. Jadi, PTK lazimnya dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan atau
pendekatan baru pembelajaran dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan
langsung di ruang kelas.
PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan
pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, PTK dapat berfungsi sebagai (Cohen & Manion,
1980: 211): (a) alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi
pembelajaran di kelas; (b) alat pelatihan dalam-jabatan, membekali guru dengan
keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran-diri, khususnya
melalui pengajaran sejawat; (c) alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara
alami) pendekatan tambahan atau inovatif; (d) alat untuk meningkatkan komunikasi yang
biasanya buruk antara guru dan peneliti; (e) alat untuk menyediakan alternatif bagi
pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas. Ada dua
butir penting yang perlu disebut di sini. Pertama, hasil penelitian tindakan dipakai sendiri
oleh penelitinya, dan tentu saja oleh orang lain yang menginginkannya. Kedua,
penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata yang pemecahan masalahnya segera
diperlukan, dan hasil-hasilnya langsung diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait.
Ketiga, peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus
pengembangan.
Kriteria dalam Penelitian Tindakan
Benarkah PTk harus memenuhi kriteria tertentu? Benar. Seperti layaknya
penelitian, PTK harus memenuhi kriteria validitas. Akan tetapi, makna dasar validitas
untuk penelitian tindakan condong ke makna dasar validitas dalam penelitian kualitatif,
yaitu makna langsung dan lokal dari tindakan sebatas sudut pandang peserta
penelitiannya (Erickson, 1986, disitir oleh Burns, 1999). Jadi kredibilitas penafsiran
peneliti dipandang lebih penting daripada validitas internal (Davis, 1995, disitir oleh
Burns, 1999). Karena PTK bersifat transformatif, maka kriteria yang cocok adalah
validitas demokratik, validitas hasil, validitas proses, validitas katalitik, dan validitas
dialogis, yang harus dipenuhi dari awal sampai akhir penelitian, yaitu dari refleksi awal
saat kesadaran akan kekurangan muncul sampai pelaporan hasil penelitiannya (Burns,
1999: 161-162, menyitir Anderson dkk,1994).
Validitas: demokratik, hasil, proses, katalitik, dan dialoguis
Validitas Demokratik berkenaan dengan kadar kekolaboratifan penelitian dan
pencakupan berbagai suara. Dalam PTk, idealnya Anda, guru lain/pakar sebagai
kolaborator, dan murid-murid Anda masing-masing diberi kesempatan menyuarakan apa
yang dipikirkan dan dirasakan serta dialaminya selama penelitian berlangsung.
Pertanyaan kunci mencakup: Apakah semua pemangku kepentingan (stakeholders) PTK
(guru, kolaborator, administrator, mahasiswa, orang tua) dapat menawarkan
pandangannya? Apakah solusi masalah di kelas Anda memberikan manfaat kepada
mereka? Apakah solusinya memiliki relevansi atau keterterapan pada konteks kelas
Anda? Semua pemangku kepentingan di atas diberi kesempatan dan/atau didorong lewat
berbagai cara yang cocok dalam situasi budaya setempat untuk mengungkapkan
pendapatnya, gagasan-gagasannya, dan sikapnya terhadap persoalan pembelajaran kelas
Anda, yang fokusnya adalah pencarian solusi untuk peningkatan praktik dalam situasi
pembelajaran kelas Anda. Misalnya, dalam kasus penelitian tindakan kelas untuk
meningkatkan kualitas proses pembelajaran bahasa Inggris, pada tahap refleksi awal
guru-guru yang berkolaborasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas, siswa, Kepala
Sekolah, dan juga orang tua siswa, diberi kesempatan dan/atau didorong untuk
mengungkapkan pandangan dan pendapatnya tentang situasi dan kondisi pembelajaran
bahasa Inggris di sekolah terkait. Hal ini dilakukan untuk mencapai suatu kesepatakan
bahwa memang ada kekurangan yang perlu diperbaiki dan kekurangan tersebut perlu
diperbaiki dalam konteks yang ada, atau juga disebut kesepakatan tentang latar belakang
penelitian. Selanjutnya, diciptakan proses yang sama untuk mencapai kesepakatan
tentang masalah-masalah apa yang ada, yaitu identifikasi masalah, dan tentang masalah
apa yang akan menjadi fokus penelitian atau pembatasan masalah penelitian. Kemudian,
proses yang sama berlanjut untuk merumuskan pertanyaan penelitian atau merumuskan
hipotesis tindakan yang akan menjadi dasar bagi perencanaan tindakan, yang juga
dilaksanakan melalui proses yang melibatkan semua peserta penelitian untuk
mengungkapkan pandangan dan pendapat serta gagasan-gagasannya. Proses yang
mendorong setiap peserta penelitian untuk mengungkapkan atau menyuarakan
pandangan, pendapat, dan gagasannya ini diciptakan sepanjang penelitian berlangsung.
Validitas Hasil mengandung konsep bahwa tindakan kelas Anda membawa hasil
yang sukses di dalam konteks PTK Anda. Hasil yang paling efektif tidak hanya
melibatkan solusi masalah tetapi juga meletakkan kembali masalah ke dalam suatu
kerangka sedemikian rupa sehingga melahirkan pertanyaan baru. Hal ini tergambar dalam
siklus penelitian pada Gambar 1 di bawah, di mana ketika dilakukan refleksi pada akhir
tindakan pemberian tugas yang menekankan kegiatan menggunakan bahasa Inggris lewat
tugas ‘information gap’, ditemukan bahwa hanya sebagian kecil siswa menjadi aktif dan
sebagian besar siswa merasa takut salah, cemas, dan malu berbicara. Maka timbul
pertanyaan baru, ‘Apa yang mesti dilakukan untuk mengatasi agar siswa tidak takut
salah, tidak cemas, dan tidak malu sehingga dengan suka rela aktif melibatkan diri dalam
kegiatan pembelajaran?’ Hal ini menggambarkan bahwa pertanyaan baru timbul pada
akhir suatu tindakan yang dirancang untuk menjawab suatu pertanyaan, begitu
seterusnya sehingga upaya perbaikan berjalan secara bertahap, berkesinambungan tidak
pernah berhenti, mengikuti kedinamisan situasi dan kondisi. (Mohon dicermati uraian
masing-masing tahap dan kesinambungan masalah yang timbul). Validitas hasil juga
tergantung pada validitas proses pelaksanaan penelitian, yang merupakan kriteria
berikutnya.
Validitas Proses berkenaan dengan ‘keterpercayaan’ dan ‘kompetensi’, yang
dapat dipenuhi dengan menjawab sederet pertanyaan berikut: Mungkinkah menentukan
seberapa memadai proses pelaksanaan PTK Anda? Misalnya, apakah Anda dan
kolaborator Anda mampu terus belajar dari proses tindakan tersebut? Artinya, Anda dan
kolaborator secara terus menerus dapat mengkritisi diri sendiri dalam situasi yang ada
sehingga dapat melihat kekurangannya dan segera berupaya memperbaikinya. Apakah
peristiwa atau perilaku dipandang dari perspektif yang berbeda dan melalui sumber data
yang berbeda agar terjaga dari ancaman penafsiran yang ‘simplistik’ atau ‘rancu’?
Dalam kasus penelitian tindakan kelas bahasa Inggris yang disebut di atas, para
peneliti dapat menentukan indikator kelas bahasa Inggris yang aktif, mungkin dengan
menghitung berapa siswa yang aktif terlibat belajar menggunakan bahasa Inggris untuk
berkomunikasi lewat tugas-tugas yang diberikan guru, dan berapa banyak bahasa Inggris
yang diproduksi siswa, yang bisa dihitung dari jumlah kata/kalimat yang diproduksi dan
lama waktu yang digunakan siswa untuk memproduksinya, serta adanya upaya guru
memfasilitasi pemelajaran siswa. Kemudian jika keaktifan siswa terlalu rendah yang
tercermin dalam sedikitnya ungkapan yang diproduksi, guru secara kritis merefleksi
bersama kolaborator untuk mencari sebab-sebabnya dan menentukan cara-cara
mengatasinya. Kalau diperlukan, siswa yang tidak aktif didorong untuk menyuarakan apa
yang dirasakan sehingga mereka tidak mau aktif dan siswa yang aktif diminta
mengungkapkan mengapa mereka aktif. Perlu juga ditemukan apakah ada perubahan
pada diri siswa sesuai dengan indikator bahwa para siswa berubah lewat tindakan
pertama berupa pemberian tugas ‘information gap’ dan tindakan kedua berupa
pembelakuan kriteria penilaian, dan perubahan pada diri guru dari peran pemberi
pengetahuan ke peran fasilitator dan penolong. Begitu seterusnya sehingga pemantauan
terhadap perubahan hendaknya dilakukan secara cermat dan disimpulkan lewat dialog
reflektif yang demokratik.
Perlu dicatat bahwa kompetensi peneliti dalam bidang terkait sangat menentukan
kualitas proses yang diinginkan dan tingkat kemampuan untuk melakukan pengamatan
dan membuat catatan lapangan. Dalam kasus penelitian tindakan kelas bahasa Inggris
yang dicontohkan di atas, misalnya, kualitas proses akan sangat ditentukan oleh
wawasan, pengetahuan dan pemahaman sejati peneliti tentang (1) hakikat kompetensi
komunikatif, (2) pembelajaran bahasa yang komunikatif yang mencakup pendekatan
komunikatif bersama metodologi dan teknik-tekniknya, dan (3) karakteristik siswanya
(intelegensi, gaya belajar, variasi kognitif, kepribadian, motivasi, tingkat
perkembangan/pemelajaran) dan pengaruhnya terhadap pembelajaran bahasa asing. Jika
wawasan, pengetahuan dan pemahaman tersebut kuat, maka peneliti akan dapat dengan
lebih mudah menentukan perilaku-perilaku mana yang menunjang tercapainya perubahan
yang diinginkan dengan indikator yang tepat, dan juga perilaku-perilaku mana yang
menghambatnya.
Namun demikian, hal ini masih harus didukung dengan kemampuan untuk
mengumpulkan data, misalnya melakukan pengamatan dan membuat catatan lapangan
dan harian. Dalam mengamati, tim peneliti dituntut untuk dapat bertindak seobjektif
mungkin dalam memotret apa yang terjadi. Artinya, selama mengamati perhatiannya
terfokus pada gejala yang dapat ditangkap lewat pancainderanya saja, yaitu apa yang
didengar, dilihat, diraba (jika ada), dikecap (jika ada), dan tercium, yang terjadi pada
semua peserta penelitian, dalam kasus di atas pada peneliti, guru dan siswa. Dalam
pengamatan tersebut harus dijaga agar jangan sampai peneliti melakukan penilaian
terhadap apa yang terjadi. Seperti telah diuraikan di depan, perlu dijaga agar tidak terjadi
penyampuradukan antara deskripsi dan penafsiran. Kemudian, diperlukan kompetensi
lain untuk membuat catatan lapangan dan harian tentang apa yang terjadi. Akan lebih
baik jika para peneliti merekamnya dengan kaset audio atau audio-visual sehingga
catatan lapangan dapat lengkap. Singkatnya, kompetensi peneliti dalam bidang yang
diteliti dan dalam pengumpulan data lewat pengamatan partisipan sangat menentukan
kualitas proses tindakan dan pengumpulan data tentang proses tersebut.
Validitas Katalitik terkait dengan kadar pemahaman yang Anda capai realitas
kehidupan kelas Anda dan cara mengelola perubahan di dalamnya, termasuk perubahan
pemahaman Anda dan murid-murid terhadap peran masing-masing dan tindakan yang
diambil sebagai akibat dari perubahan ini.
Dalam kasus penelitian tindakan kelas bahasa Inggris yang dicontohkan di atas,
validitas katalitik dapat dilihat dari segi peningkatan pemahaman guru terhadap faktorfaktor
yang dapat menghambat dan factor-faktor yang memfasilitasi pembelajaran.
Misalnya faktor-faktor kepribadian (lihat Brown, 2000) seperti rasa takut salah dan malu
melahirkan inhibition dan kecemasan. Sebaliknya, upaya-upaya guru untuk
mengorangkan siswa dengan mempertimbangkan pikiran dan perasaan serta
mengapresiasi usaha belajarnya merupakan faktor positif yang memfasilitasi proses
pembelajaran. Selain itu, validitas katalitik dapat juga ditunjukkan dalam peningkatan
pemahaman terhadap peran baru yang mesti dijalani guru dalam proses pembelajaran
komunikatif. Peran baru tersebut mencakup peran fasilitator dan peran penolong serta
peran pemantau kinerja. Validitas katalitik juga tercermin dalam adanya peningkatan
pemahaman tentang perlunya menjaga agar hasil tindakan yang dilaksanakan tetap
memotivasi semua yang terlibat untuk meningkatkan diri secara stabil alami dan
berkelanjutan. Semua upaya memenuhi tuntutan validitas katalitik ini dilakukan melalui
siklus perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Validitas Dialogik sejajar dengan proses review sejawat yang umum dipakai dalam
penelitian akademik. Secara khas, nilai atau kebaikan penelitian dipantau melalui
tinjauan sejawat untuk publikasi dalam jurnal akademik. Sama halnya, review sejawat
dalam PTK berarti dialog dengan guru-guru lain, bisa lewat sarasehan atau dialog
reflektif dengan ‘teman yang kritis’ atau pelaku PTK lainnya, yang semuanya dapat
bertindak sebagai ‘jaksa tanpa kompromi’.
Kriteria validitas dialogis ini dapat juga mulai dipenuhi ketika penelitian masih
berlangsung, yaitu secara beriringan dengan pemenuhan kriteria demokratik. Yaitu,
setelah seorang peserta mengungkapkan pandangan, pendapat, dan/atau gagasannya, dia
akan meminta peserta lain untuk menanggapinya secara kritis sehingga terjadi dialog
kritis atau reflektif. Dengan demikian, kecenderungan untuk terlalu subjektif dan
simplistik akan dapat dikurangi sampai sekecil mungkin. Untuk memperkuat validitas
dialogik, seperti telah disebut di atas, proses yang sama dilakukan dengan sejawat
peneliti tindakan lainnya, yang jika memerlukan, diijinkan untuk memeriksa semua data
mentah yang terkait dengan yang sedang dikritisi.
Trianggulasi untuk Mengurangi Subjektivitas
Bagaimana Anda meningkatkan validitas PTK Anda? Tidak lain dengan
meminimalkan subjektivitas melalui trianggulasi. Anda sebagai pelaku PTK dapat
menggunakan metode ganda dan perspektif kolaborator Anda untuk memperoleh
gambaran kaya yang lebih objektif. Bentuk lain dari trianggulasi adalah: trianggulasi
waktu, trianggulasi ruang, trianggulasi peneliti, dan trianggulasi teoretis (Burns, 1999:
164). Trianggulasi waktu dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dalam waktu yang
berbeda, sedapat mungkin meliputi rentangan waktu tindakan dilaksanakan dengan
frekuensi yang memadai untuk menjamin bahwa efek perilaku tertentu bukan hanya
suatu kebetulan. Misalnya, data tentang proses pembelajaran dengan seperangkat teknik
tertentu dapat dikumpulkan pada jam awal, tengah dan siang pada hari yang berbeda dan
jumlah pengamatan yang memadai, katakanlah 4-5 kali. Trianggulasi peneliti dapat
dilakukan dengan pengumpulan data yang sama oleh beberapa peneliti sampai
diperoleh data yang relatif konstan. Misalnya, dua atau tiga peserta penelitian dapat
mengamati proses pembelajaran yang sama dalam waktu yang sama pula. Trianggulasi
ruang dapat dilakukan dengan mengumpulkan data yang sama di tempat yang berbeda.
Dalam contoh proses pembelajaran bahasa Inggris di atas, ada dua atau tiga kelas yang
dijadikan ajang penelitian yang sama dan data yang sama dikumpulkan dari kelas-kelas
tersebut. Trianggulasi teoretis dapat dilakukan dengan memaknai gejala perilaku tertentu
dengan dituntun oleh beberapa teori yang berbeda tetapi terkait. Misalnya, perilaku
tertentu yang menyiratkan motivasi dapat ditinjau dari teori motivasi aliran yang
berbeda: aliran behavioristik, kognitif, dan konstruktivis.
Reliabilitas
Reliabilitas data PTK Anda secara hakiki memang rendah. Mengapa? Karena
situasi PTk terus berubah dan proses PTK bersifat transformatif tanpa kendali apapun
(alami) sehingga sulit untuk mencapai tingkat reliabilitas yang tinggi, padahal tingkat
reliabilitias tinggi hanya dapat dicapai dengan mengendalikan hampir seluruh aspek
situasi yang dapat berubah (variabel) dan hal ini tidak mungkin atau tidak baik dilakukan
dalam PTK. Mengapa tidak mungkin? Karena akan bertentangan dengan ciri khas
penelitian tindakan itu sendiri, yang salah satunya adalah kontekstual/situasional dan
terlokalisasi, dengan perubahan yang menjadi tujuannya. Penilaian peneliti menjadi salah
satu tumpuan reliabilitas PTK. Cara-cara meyakinkan orang atas reliabilitas PTK
termasuk: menyajikan (dalam lampiran) data asli seperti transkrip wawancara dan
catatan lapangan (bila hasil penelitian dipublikasikan), menggunakan lebih dari satu
sumber data untuk mendapatkan data yang sama dan kolaborasi dengan sejawat atau
orang lain yang relevan.
Kelebihan dan Kekurangan PTK
PTK memiliki kelebihan berikut (Shumsky, 1982): (1) tumbuhnya rasa memiliki
melalui kerja sama dalam PTK; (2) tumbuhnya kreativitias dan pemikiran kritis lewat
interaksi terbuka yang bersifat reflektif/evaluatif dalam PTK; (3) dalam kerja sama ada
saling merangsang untuk berubah; dan (4) meningkatnya kesepakatan lewat kerja sama
demokratis dan dialogis dalam PTK (silakan lihat Passow, Miles, dan Draper, 1985).
PTK Anda juga memiliki kelemahan: (1) kurangnya pengetahuan dan
keterampilan dalam teknik dasar penelitian pada Anda sendiri karena terlalu banyak
berurusan dengan hal-hal praktis, (2) rendahnya efisiensi waktu karena Anda harus
punya komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya sementara Anda masih harus
melakukan tugas rutin ; (3) konsepsi proses kelompok yang menuntut pemimpin
kelompok yang demokratis dengan kepekaan tinggi terhadap kebutuhan dan keinginan
anggota-anggota kelompoknya dalam situasi tertentu, padahal tidak mudah untuk
mendapatkan pemimimpin demikian.
Persyaratan Keberhasilan PTK
Agar PTK berhasil, persyaratan berikut harus dipenuhi (Hodgkinson, 1988): (1)
kesediaan untuk mengakui kekurangan diri; (2) kesempatan yang memadai untuk
menemukan sesuatu yang baru; (3) dorongan untuk mengemukakan gagasan baru; (4)
waktu yang tersedia untuk melakukan percobaan; (5) kepercayaan timbal balik antar
orang-orang yang terlibat; dan (6)pengetahuan tentang dasar-dasar proses kelompok oleh
peserta penelitian.
Penelitian Tindakan Kolaboratif
Kolaborasi atau kerja sama perlu dan penting dilakukan dalam PTK karena PTK
yang dilakukan secara perorangan bertentangan dengan hakikat PTK itu sendiri (Burns,
1999). Beberapa butir penting tentang PTK kolaboratif Kemmis dan McTaggart (1988:
5; Hill & Kerber, 1967, disitir oleh Cohen & Manion, 1985, dalam Burns, 1999: 31): (1)
penelitian tindakan yang sejati adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu yang
dilakukan oleh sekelompok peneliti melalui kerja sama dan kerja bersama, (2) penelitian
kelompok tersebut dapat dilaksanakan melalui tindakan anggota kelompok perorangan
yang diperiksa secara kritis melalui refleksi demokratik dan dialogis; (3) optimalisasi
fungsi PTK kolaboratif dengan mencakup gagasan-gagasan dan harapan-harapan semua
orang yang terlibat dalam situasi terkait; (4) pengaruh langsung hasil PTK pada Anda
sebagai guru dan murid-murid Anda serta sekaligus pada situasi dan kondisi yang ada.
Kolaborasi atau kerja sama dalam melakukan penelitian tindakan dapat dilakukan
dengan: mahasiswa; sejawat dalam jurusan/sekolah/lembaga yang sama; sejawat dari
lembaga/sekolah lain; sejawat dengan wilayah keahlian yang berbeda (misalnya antara
guru dan pendidik guru, antara guru dan peneliti; antara guru dan manajer); sejawat
dalam disiplin ilmu yang berbeda (misalnya antara guru bahasa asing dan guru bahasa
ibu); dan sejawat di negara lain (Wallace, 1998).
Prinsip-prinsip penelitian tindakan kolaboratif
Tiga tahap PTK kolaboratif adalah: prakarsa, pelaksanaan, dan diseminasi (Burns,
1999: 207-208). Butir-butir tentang prakarsa yang perlu dipertimbangkan dalam PTK
Anda (Burns, 1999: 207):
1. Sejauh dapat dilakukan, agenda PTK tindakan hendaknya ditarik dari kebutuhankebutuhan,
kepedulian dan persyaratan yang diungkapkan oleh semua pihak Anda
sendiri, sejawat, kepala sekolah, murid-murid, dan/atau orangtua murid) yang terlibat
dalam konteks pembelajaran/kependidikan di kelas/sekolah Anda;
2. PTK Anda hendaknya benar-benar memanfaatkan keterampilan, minat dan
keterlibatan Anda sebagai guru dan sejawat;
3. PTK Anda hendaknya terpusat pada masalah-masalah pembelajaran kelas Anda, yang
ditemukan dalam kenyataan sehari-hari. Namun demikian, hasil PTK Anda daapt juga
memberikan masukan untuk pengembangan teori pembelajaran bidang studi Anda;
4. Metodologi PTK Anda hendaknya ditentukan dengan mempertimbangkan persoalan
pembelajaran kelas Anda yang sedang diteliti, sumber daya yang ada dan muridmurid
sebagai sasaran penelitian.
5. PTK Anda hendaknya direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara kolaboratif.
Tujuan, metode, pelaksanaan dan strategi evaluasi hendaknya Anda negosiasikan
dengan pemangku kepentingan (stakeholders) terutama penelitian Anda, sejawat,
murid-murid, dan kepala sekolah (yang mungkin diperlukan dukungan kebijakannya).
6. PTK Anda hendaknya bersifat antardisipliner, yaitu sedapat mungkin didukung oleh
wawasan dan pengalaman orang-orang dari bidang-bidang lain yang relevan, seperti
ilmu jiwa, antropologi, dan sosiologi serta budaya. Jadi Anda dapat mencari masukan
dari teman-teman guru atau dosen LPTK yang relevan.
Dalam PTK, butir-butir pelaksanaan di bawah harus dipertimbangkan (Burns,
1999: 207-208):
1. Anda sebagai pelaku PTK hendaknya berupaya memperoleh keterampilan dan
pengetahuan yang dibutuhkan untuk melaksanakannya. Upayakan mendapatkan dari
pemimpin dukungan dan bantuan secara terus menerus dalam tahap-tahap
pelaksanaan, diseminasi, dan tindak-lanjut penelitiannya.
2. PTK Anda selayaknya dilakukan dalam kelas sendiri.
3. PTK Anda akan berjalan dengan baik jika terkait dengan program peningkatan guru
dan pengembangan materi di sekolah atau wilayah sendiri.
4. PTK Anda hendaknya dipadukan dengan komponen evaluasi.
Dalam tahap diseminasi PTK perlu dipertimbangkandua butir berikut (Burns,
1999: 208)

Selengkapnya bisa dilihat dalam bentuk pdf, klik disini untuk download ptk.